Bumi sudah “Tua”. Itulah yang sering menjadi statement pada ilmuan yang mempelajari dan menjadi ahli dalam bidang Geologi ataupun yang terkait dengan itu. Bagaimana tidak. Beberapa waktu terakhir ini kita sering menyaksikan bahkan mungkin merasakan begitu banyak terjadi bencana dan musibah yang tidak hanya terjadi di berbagai daerah di tanah air, tetapi di berbagai belahan dunia.
Seperti kita menyaksikan badai Katrina yang terjadi di amerika serikat, longsor dahsyat di Filipina, suhu udara panas yang menyebabkan matinya puluhan orang di Eropa, bahkan muncul pemanasan global yang barang tentu akan memberikan efek buruk untuk kehidupan manusia. Belum lagi Tsunami di Aceh ataupu Mentawai dewasa ini, Erupsi Gunung Merapi di Jojakarta dan berbagai rentetan bencana ini, yang terkadang oleh sebagian orang hanya dianggap sebagai gejala alam saja, padahal apa yang terjadi itu disebabkan oleh prilaku manusia itu sendiri. Sebagaimana Allah berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Dan allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Q.S. asy-Syuraa : 30).
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tejadinya musibah disebabkan أَيْدِيكُمْ ( tangan-tangan ) manusia, maksudnya prilaku diri manusia. Didalam kaidah bahasa arab ada yang disebut majaz mursal. Yaitu disebut sebagian, akan tetapi mempunyai maksud menyeluruh. Maka tangan disini mempunyai maksud prilaku diri manusia.
Didalam ayat lain Allah SWT. Berfirman, “ Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencana (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka jadi buta dan pekak, kemudian allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (lagi), dan allah maha melihat apa yang mereka kerjakan ” (Q.S. al-Maidah : 71).
Ketika seorang muslim dan orang-orang yang mengaku dirinya beriman, tetapi mereka buta dan tuli. Maksudnya tidak mau melek kepada Qur’an dan Sunnah dan kebenaran. Maka bukan hal yang mustahil bencanalah yang akan terjadi.
Rasulullah SAW. pernah memberi isyarat. Bahwasanya akan datang suatu zaman dimana Islam hanya tinggal namanya saja, dan al-Qur’an hanya jadi hiasan rumah saja. Artinya akan datang suatu zaman banyak mengaku dirinya muslim akan tetapi jauh dari tuntutan al-Qur’an da as-Sunnah. Serta menjadikan al-Qur’an sebagai hiasan saja. Tidak dibaca, dipelajari, apalagi diamalkan. Dan hal inilah yang senantiasa mengundang turunnya adzab Allah SWT. baik di dunia maupun kelak di akhirat.
Dalam ayat lain allah SWT. Berfirman, “ Telah dila’nati orang- kafir dari bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah yang selalu mereka perbuat itu. Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir ( musyrik ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan ”. (Q.S. al-Maidah: 78-80)
Telah dila’natnya orang-orang kafir dari kalangan bani israil, bukan karena mereka lahir dari rahim seorang israil, akan tetapi karena perilaku mereka. Tingkah laku yang diisyaratkan oleh Allah dapat mengundang adzab, laknat atau malapetaka dari-Nya. Seperti halnya ketika kehidupan orang-orang muslim di hiasi kehidupan maksiat, perjudian dimana-mana, perzinahan sudah terang-terangan, pembunuhan sudah menjadi hal yang biasa dan berbagai perbuatan maksiat lainnya. Jika hal ini sudah menghiasi kehidupan manusia maka kehancuran yang akan datang. Dan juga ketika umat manusia hanya berdiam diri, tidak mau amar ma’ruf nahyi munkar. Sebagaimana Allah SWT. berfirman dalam surat Hud ayat 117, “ Dan tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan ”Jadi, tidak mungkin suatu penduduk negeri shaleh, lantas Allah menurunkan bencana secara dzalim. Seorang shahabat bertanya pada Rasul اَتهلك القريةوفيهامصلحون ( apakah mungkin Allah menbinasakan suatu negeri kalaulah di dalamnya ada orang-orang shaleh? ) Rasul menjawab, نعم ( Bisa saja ). Shahabat sehentak kaget, lalu bertanya kembali kepada Rasul فبمايارسول ( bagaimana itu bisa wahai Rasul? ) Bukankah ayat di atas menerangkan tidak mungkin Allah SWT. membinasakan suatu yang berpenduduk shaleh? Jawab Rasul, “ apabila orang-orang shaleh itu tidak mau amar ma’ruf nahi munkar ”. Jika kemaksiatan dan kemungkaran dibiarkan, artinya kita tidak yang mau amar ma’ruf nahi munkar. Maka hal ini yang akan mengundang adzab AllahSWT. di dunia maupun di akhirat.
Dari keterangan di atas, Allah SWT. memberikan isyarat bahwa bencana yang terjadi salah satunya di sebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri ( Q.S Asy syuraa : 30 ), maka kita harus menghindari perbuatan dosa atau maksiat sebagai upaya melepaskan diri dari siksa api neraka atau laknat Allah. Sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT. dalam Firman-Nya, “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.
Apalagi yang menjadi alasan kita untuk tidak menjad hambaNya yang patuh, yang senantiasa mengikhlaskan diri untuk selalu ada dijalanNya. Bukanlah diri tak kuasa ketika Allah menyapa, menegur, mengingatkan, atau bahkan mempetingati kita dengan dengan adzabnya.
0 komentar:
Posting Komentar