"Aku adalah Pena, yang hanya berfungsi ketika ku berkarya"

Sabtu, 17 Desember 2011

Manuskrip Melodrama Rasa

Ada ketika lama wujud tak jumpa. Ada ketika memori-memori usang mulai termakan usia. Ia pun ada ketika sosok-sosok bersahaja mulai menampakan eksistensinya. Malam bersahabat dengan segala imaji tentang diri yang terkagumi. Tentang diri yang lama tak ku sua pesona cantiknya.

Sebuah analog pembaharu. Sebuah kisah yang direvisi oleh matinya alfa dalam karya kotor manusia. Kadang aku melihat cermin, dan ku tanya sosok yang ada. Mengapa dia? Mengapa hatinya?

Dan belitan cerita mulai menampakkan diri sebagai rasa. Rasa takjub akan setiap nilai yang kau keluarkan dalam wajan penuh keikhlasan. aku mengerti setiap pesan cermin itu. Aku mengerti makna yang ia lemparkan tepat dan cepat ke arah uluhatiku. Aku tegaskan artinya, namun segan ku ungkap ia.

Dan kini, diujung senja saat langit mulai menguning. Sedikit demi sedikit mulai kubuka carik kertas kesunyian. Dialog-dialog tentang kehidupan. Dan mulai meratapi manuskrip-manuskrip melodrama rasa. Ya, aku rasakan itu. Ku mulai tergugah untuk mengucapnya pada cermin.

“aku cinta dia”

Dan biarkan ia tahu, meski ia tak mengenalku. Dan sampaikan, aku bak samudra yang akan terlihat keindahannya jika ia menyelaminya. Dan kubuka sepenuhnya diri untuk mengenalnya dan mengenalku dengan ikatan.

0 komentar:

Posting Komentar